Sunday, 8 June 2025
logo

Berita

Berita Utama

BP3MI Aceh Hadiri Diskusi Strategis Bersama Yuime Japan Bahas Peluang Penempatan CPMI SSW Pertanian

-

00.05 26 May 2025 67

BP3MI Aceh Hadiri Diskusi Strategis Bersama Yuime Japan Bahas Peluang Penempatan CPMI SSW Pertanian.

Banda Aceh, KemenP2MI (26/05/2025) – Dalam upaya memperkuat jejaring kerja sama internasional dan memperluas akses kerja luar negeri yang berkualitas bagi masyarakat Aceh, Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Aceh menghadiri acara diskusi intensif bersama perwakilan perusahaan YUIME Jepang yang berlangsung di Kuta Alam Roastery Café, Banda Aceh, Senin (26/05/2025).

Pertemuan hangat namun sarat makna ini, turut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan penting, seperti Staf Ahli Wakil Gubernur Aceh, Kepala BP3MI Aceh, Kepala Badan Baitulmaal Aceh, Kepala BPMA, perwakilan dari BSI Regional Aceh dan Bank Muamalat, PT. PEMA (Perusahaan Pembangunan Aceh), serta alumni program kerja Jepang.

Diskusi ini dipimpin oleh Direktur PT. Natuna Malacca Ocean, Nilam Bekti, sebagai perwakilan resmi dari PT. YUIME Japan. Ia menjelaskan bahwa Mr. Chinen, tokoh utama dari YUIME Inc. Jepang, telah mempelopori konsep kelas Specified Skilled Worker (SSW) khusus bidang pertanian dengan dukungan pembiayaan pihak ketiga dari sektor swasta maupun pemerintah.

"YUIME Japan telah menjadi salah satu perusahaan terbesar di Jepang dalam penyediaan tenaga kerja asing, khususnya di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Tahun ini saja, kami telah melakukan manajemen terhadap 1.000 tenaga kerja asing dan melakukan interview terhadap lebih dari 2.000 calon kandidat untuk dialokasikan ke industri agrikultur Jepang,” ungkap Nilam.

Dalam diskusi tersebut, skema pembiayaan menjadi fokus pembahasan. Belum ada keputusan final, namun berbagai opsi tengah dijajaki. Salah satunya adalah program pinjaman bersubsidi serta pola pembiayaan berbasis muamalah melalui Baitulmaal, Bank Muamalat, dan dana sosial CSR dari BSI. Skema ini diharapkan dapat mendukung para calon pekerja migran, khususnya yang berasal dari latar belakang kurang mampu.

Pihak PT. PEMA sebagai entitas milik Pemerintah Aceh juga diharapkan berperan aktif dalam menggagas pola hilirisasi dan pembiayaan berkelanjutan yang sesuai dengan prinsip ekonomi dan sosial masyarakat Aceh.

“Skema yang sedang disusun ini diarahkan agar tetap mematuhi prinsip keberlanjutan ekonomi dan memberi peluang besar kepada pemuda Aceh dari seluruh lapisan masyarakat,” ujar Nilam.

Salah satu hasil penting dari diskusi ini adalah pengumuman rencana pembukaan YUIME Class di Aceh dalam waktu dekat. Kelas ini akan mempersiapkan calon pekerja dengan pelatihan keterampilan dan kemampuan bahasa Jepang (JLPT N4 atau JFT A2). Target penempatan ke Jepang dijadwalkan pada Juli 2026, dengan proses rekrutmen dimulai pada kuartal kedua 2025. Hal ini mempertimbangkan kondisi musim di Jepang dan siklus rekrutmen industri pertanian.

Kepala BP3MI Aceh, Siti Rolijah, menyampaikan komitmen kuat BP3MI Aceh dalam mendukung setiap tahap kerja sama strategis ini. Ia menilai program SSW bidang pertanian sangat relevan dengan kondisi demografis dan potensi sumber daya manusia Aceh, terutama karena banyak pencari kerja dari daerah tertarik pada sektor agriculture.

“Kami menyambut baik inisiatif ini, karena sejalan dengan misi BP3MI Aceh untuk memperluas penempatan kerja di luar negeri yang prosedural, aman, dan terproteksi, khususnya untuk kalangan muda dari keluarga prasejahtera. Kami siap menjadi mitra pengawas dan pendukung agar pelaksanaan program ini benar-benar berpihak pada pekerja,” tegas Siti.

Di akhir diskusi, seorang alumni program kerja di Jepang sektor pertanian memberikan testimoni nyata. Ia menyampaikan bahwa selama bekerja di Jepang, ia mampu mengirimkan uang sebesar Rp.15 juta per bulan, dan dalam setahun bisa menyisihkan hingga Rp. 500 juta, setelah dikurangi biaya hidup sekitar Rp.6–8 juta per bulan. Ini menunjukkan potensi besar kesejahteraan bagi pekerja migran Indonesia jika ditempatkan secara profesional.

“Transisi dari skema magang ke skema kerja profesional seperti SSW akan membuka ruang yang lebih adil bagi para pekerja, karena setara dengan pekerja lokal dan dilindungi hukum yang lebih kuat,” pungkas Siti.

Dengan semangat kolaborasi lintas sektor dan dukungan dari berbagai pihak, Aceh bersiap menjadi basis baru penyedia tenaga kerja terampil ke Jepang, khususnya di sektor pertanian.

“Ini bukan hanya peluang kerja, tapi juga bagian dari strategi pembangunan ekonomi masyarakat secara inklusif dan bermartabat,” tutup Siti. ** (Humas/BP3MIAceh_PS/DW)