Wamen Dzulfikar Ahmad Tawalla: Diplomasi Budaya dan Tenaga Kerja Terampil Jadi Poros Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di IEBF 2025 Amsterdam
-

Wamen Dzulfikar Ahmad Tawalla: Diplomasi Budaya dan Tenaga Kerja Terampil Jadi Poros Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di IEBF 2025 Amsterdam
Amsterdam, KemenP2MI (23/9) - Wakil Menteri (Wamen) Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, melakukan kunjungan kerja perdananya di Indonesia House Amsterdam, Belanda, pada Senin (22/9/2025) dan Selasa (23/9/2025). Kehadiran ini menjadi momentum penting dalam memperkuat diplomasi budaya Indonesia sekaligus membuka peluang penempatan tenaga kerja terampil di Eropa.
Dalam forum Indonesia–Europe Business Forum (IEBF) 2025 yang merupakan bagian dari rangkaian Europe–Asia Business Forum (EABF), Dzulfikar menegaskan bahwa diplomasi budaya bukan sekadar memperkenalkan identitas bangsa, tetapi juga instrumen strategis untuk memperluas akses penempatan sekaligus memperkuat pelindungan pekerja migran Indonesia.
“Budaya adalah wajah bangsa. Melalui diplomasi budaya, kita membangun jembatan kepercayaan dengan negara-negara sahabat. Dari sana, pekerja migran kita akan lebih dihargai, diterima, dan dilindungi secara layak,” ujar Dzulfikar Ahmad Tawalla.
Forum ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, H.E. Mayerfas; Assistant Deputy for Human Resources Capacity Improvement for Apparatus and Vocational Education Kementerian Pariwisata Indonesia, Mr. Andar Danova L. Goeltom; Deputy Permanent Committee for Vocational Training and Preparation of Indonesian Migrant Workers KADIN Indonesia, Mr. Filius Yandono; serta CEO of OTTO Health Care, Mr. Frank van Gool. Kehadiran para tamu undangan ini mencerminkan dukungan lintas sektor dalam memperkuat kerja sama ketenagakerjaan antara Indonesia dan Eropa.
Dzulfikar menekankan bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang kuat di sektor-sektor prioritas—mulai dari hospitality, kesehatan, pertanian, manufaktur, hingga konstruksi. Potensi ini didukung dengan pelatihan berbasis kompetensi, standar kualifikasi nasional, serta kerja sama dengan lembaga vokasi yang membuat tenaga kerja Indonesia siap bersaing di pasar Eropa.
Selain sesi pleno IEBF, agenda lain yang digelar di Indonesia House adalah Policy Dialogue on the Placement and Protection of Indonesian Migrant Workers serta Technical Briefing on Job Orders. Melalui dua agenda tersebut, pemerintah ingin memastikan bahwa kerja sama ketenagakerjaan dengan Eropa tidak hanya membuka akses pasar, tetapi juga menjamin perlindungan, kepastian hukum, dan penerapan praktik rekrutmen yang etis.
“Dengan hadirnya Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, perhatian pemerintah semakin terfokus pada penempatan yang aman, perlindungan hak, serta kesiapan tenaga kerja kita. Dialog kebijakan ini sangat penting agar kerja sama yang dijalankan benar-benar konkret dan saling menguntungkan,” tegas Dzulfikar.
Kunjungan perdana ini menandai komitmen baru pemerintah Indonesia dalam merancang kebijakan ketenagakerjaan yang tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi, tetapi juga pada nilai kemanusiaan, keberlanjutan, dan diplomasi budaya sebagai poros utama. ** (Humas)