Wamen P2MI Dzulfikar Tawalla Hadiri Launching LPK Bahasa Berbasis Pesantren di Cirebon
-

Wamen P2MI Dzulfikar Tawalla Hadiri Launching LPK Bahasa Berbasis Pesantren di Cirebon
Cirebon, KemenP2MI (15/6) - Wakil Menteri (Wamen) Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, menghadiri launching Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Bahasa berbasis pesantren "Dua Suwunan" di Pondok Pesantren Gedongan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (15/6/2025).
Wamen Dzulfikar mengatakan bahwa kehadiran LPK Bahasa berbasis pesantren ini bagai lentera di tengah kegelapan.
"Di Indonesia ini ada lebih dari 6.000 LPK. Maka kehadiran LPK Bahasa berbasis pesantren ini sangat luar biasa karena memiliki keunggulan, yakni mengajarkan ilmu duniawi maupun akhirat," ungkap Wamen P2MI.
Dari total permintaan kerja sebanyak 1.300.000, lanjut Dzulfikar, pemerintah baru bisa memenuhi sekitar 300.000 pekerjaan. Salah satu kendalanya adalah kemampuan bahasa.
"Pilihan LPK ini memusatkan pelatihan untuk bekerja ke Jepang adalah pilihan yang tepat, karena Jepang sedang mengalami aging population. Negara Indonesia dengan keuntungan demografi, harus menjawab peluang kerja seperti ini. Begitu pula dengan Jerman yang diperkirakan pada tahun 2026 akan mengalami aging population, termasuk negara-negara di Eropa Timur," lanjut Wamen.
Dirinya berharap LPK Bahasa berbasis pesantren ini dapat menjadi pencerah di Indonesia.
"Terima kasih Bapak Ibu yang telah membantu kerja kami di kementerian. Tentunya ini adalah cita-cita Bapak Presiden Prabowo yang sangat memperhatikan peningkatan kompetensi SDM," tutur Dzulfikar.
Hal ini didukung pula oleh Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan, yang mengatakan bahwa pesantren berperan mencetak SDM berkualitas di bidang keagamaan dan kemandirian.
"Kami berharap LPK Bahasa berbasis pesantren ini dapat bersinergi dengan pemerintah untuk menurunkan angka pengangguran," jelas Agus.
Ditambahkan pula oleh Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Sophi Zulfia,
masalah pekerja migran adalah masalah semua pihak.
"Diharapkan semoga LPK ini bisa menjadi salah satu jawaban untuk memberi pelatihan bagi para calon pekerja migran yang berkualitas skaligus berakhlak yang baik. Selain itu, dapat meningkatkan kualitas SDM hingga harapannya dapat mengurangi masalah pekerja migran yang ada," ungkap Sophi. ** (Humas/MIT/cie)