Saturday, 4 May 2024

Berita

Berita Utama

Mantan Wamen ESDM Arcandra Tahar: Saya Juga Seorang Pekerja Migran Indonesia

-

00.04 23 April 2024 293

Mantan Wamen ESDM Arcandra Tahar: Saya Juga Seorang Pekerja Migran Indonesia

BP2MI, Jakarta (22/4) – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) kembali melepasan dan memberikan pembekalan terhadap 835 Pekerja Migran Indonesia Skema G to G Korea Selatan. Angka ini terdiri dari Pelepasan 564 Pekerja Migran Indonesia sektor Manufaktur dan perikanan serta pembekalan terhadap 271 Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) yang akan mengikuti Orientasi Pra Pemberangkatan (OPP).

Kepala BP2MI Benny Rhamdani menjelaskan, terdapat beberapa kesalahan paradigma yang disematkan kepada para Pekerja Migran Indonesia. Benny berujar, kepemimpinannya berfokus pada perubahan mindset dengan menempatkan Pekerja Migran Indonesia sebagai pahlawan keluarga dan Pahlawan Devisa.

“Dulu Pekerja Migran Indonesia dikonotasikan sebagai pekerja rendahan, dianggap kelompok rentan sehingga terasing. Saat ini mindset tersebut telah kita ubah, bahwa setiap Pekerja Migran Indonesia diberikan gelar sebagai pejuang keluarga dan pahlawan devisa. Ini terbukti melalui sumbangsih para Pekerja Migran Indonesia sebesar 159,6 triliun setiap tahun, bahkan data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, kontribusi devisa dari Pekerja Migran Indonesia pada Tahun 2023 adalah sebesar 227 Triliun Rupiah," terang Benny di Ballroom El Hotel Jakarta, Senin (22/4/2024).

Benny menuturkan para Pekerja Migran Indonesia dilepas secara terhormat layaknya negara melepas kontingen olahraga yang akan bersaing di ajang olimpiade.

“Para Pekerja Migran Indonesia yang diberangkatkan telah memiliki kompetensi kerja, latar belakang pendidikan yang jelas, pelatihan yang jelas dan tersertifikasi, serta kemampuan bahasa yang cukup mumpuni untuk menjalankan peran sebagai duta bangsa yang bertarung dalam kompetisi global dunia kerja," ujarnya.

Komisaris Independen PT. PLN Persero, Arcandra Tahar yang didaulat untuk menyampaikan motivasi, membeberkan pengalamannya kepada ratusan Pekerja Migran Indonesia. Ia menuturkan, kemampuan beradaptasi di negara penempatan, sangat penting untuk mendukung lancarnya perilaku kerja.

“Saya dulunya adalah Pekerja Migran Indonesia. Berdasarkan pengalaman saya, negara maju memiliki empat  ciri, apa saja empat ciri itu, yang pertama adalah bersih. Maka bersihkan diri kita, lingkungan kita dan terutama hati kita saat bekerja. Yang kedua, tertib dan disiplin. Sedari kecil masyarakat di negara maju telah diajarkan untuk hidup tertib. Ciri ketiga, negara maju senantiasa indah, walaupun negara itu tidak punya kekayaan alam yang berlimpah namun jika ditata dengan baik maka megara itu akan indah. Kita bisa mengambil contoh Singapura. Yang terakhir, di Negara maju itu, orang bekerja selalu dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah," ungkap Arcandra.

Arcandra lantas membeberkan pilar kompetensi kerja yang harus dipelajari oleh para Pekerja Migran Indonesia saat bekerja di negara penempatan kelak. Pilar ini, menurutnya sangat penting untuk menjadi bekal di dunia kerja, bahkan saat para Pekerja Migran Indonesia kembali ke tanah air.

“Ada tiga pilar kompetensi, yang pertama adalah berilmu. Yang kedua, skill atau keterampilan, Komponen ketiga kompetensi itu adalah pengalaman. Setelah punya ilmu, punya keterampilan, lantas disempurnakan dengan fungsi waktu yakni pengalaman," ujarnya. 

Dan dari pengalaman, lanjut Arcandra, berupaya terus memperjuangkan nasionalisme.

"Ke-Indonesia-an kita terwujud ketika kita bisa duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan masyarakat di Negara maju itu. Agar kita bisa melakukan itu, kita harus menjadi Pekerja yang berkompeten," tutupnya.**(Humas)